
Ingin Jadi Sumbu Kebangkitan Majapahit
Ketika                       Kerajaan Majapahit runtuh abad ke-14, para manggala                       kerajaan berucap, ''Boleh saja kerajaan mereka dihancurkan,                       tetapi tunggu lima ratus tahun lagi anak cucu mereka akan                       bangkit dan menagih kembali bekas wilayah Majapahit. Mendengar                       nama Alas Purwo, imajinasi orang pasti akan tertuju pada                       sebuah kawasan hutan lebat. Hal itu memang benar, Alas                       Purwo adalah sebuah kawasan hutan Taman Nasional di bawah                       lingkup Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Lantas apa                       hubungannya antara Pura Giri Selaka dan Alas Purwo itu?                        Itulah                       fenomena yang tampaknya mengiringi keberadaan hampir semua                       pura bersejarah, tidak saja di Bali namun juga di Jawa.                       Untuk menuju Pura Alas Purwo yang disungsung umat Hindu                       Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, para pemedek mesti                       memasuki kawasan hutan Taman Nasional Alas Purwo. Dari                       pintu depan kawasan hutan Taman Nasional, diperlukan waktu                       satu jam menuju Pura Giri Selaka dengan kondisi jalan yang                       belum beraspal.                        Di                       kanan-kiri kita hanya berjejer hutan jati, dan jumlah                       masyarakat yang lewat pun bisa dihitung dengan jari. Bagi                       pemedek yang tidak menggunakan kendaraan pribadi,                       masyarakat sekitar menyiapkan sebuah angkutan tradisional                       yang lazim disebut grandong. Angkutan ini mirip sebuah                       mobil truk, akan tetapi mesinnya menggunakan mesin genset.                       Harga sewanya menuju Pura Giri Selaka sekitar Rp 2.500 per                       sekali angkut.                        Untuk                       menemukan Pura Giri Selaka, memang harus siap banyak                       bertanya kepada masyarakat di sepanjang perjalanan. Jika                       tidak, jangan harap perjalanan bisa lancar, apalagi baru                       sekali-dua kali ke tempat tujuan. Pasalnya, banyak cabang                       jalan yang tanpa pelang nama Alas Purwo, sehingga                       perjalanan dari Bali menuju Alas Purwo bisa kita tempuh                       9-10 jam dengan kondisi seperti itu.                        Pura                       Giri Selaka berada di tengah hutan dan sekitar tiga                       kilometernya adalah kawasan wisata pantai Plengkung, bibir                       Alas Purwo itu sendiri. Di kawasan ini, memang tidak ada                       satu pun rumah penduduk. Kalau mau bermalam, pihak                       pengelola Taman Wisata menyediakan sejumlah penginapan                       sederhana, jaraknya sekitar satu kilometer dari Pura Giri                       Selaka. Meski tersedia sejumlah penginapan, tampaknya para                       pemedek yang ingin tangkil ke Pura Giri Selaka lebih                       memilih makemit di areal pura. Apalagi, areal pura saat                       ini telah mencapai luas dua hektar hasil pemberian Menteri                       Kehutanan sebagai penanggung jawab Taman Nasional                       bersangkutan.                        Menurut                       sesepuh umat Hindu Tegaldlimo, Pemangku Ali Wahono,                       sebetulnya Pura Giri Selaka ditemukan secara tidak sengaja                       oleh umat di sekitarnya pada tahun 1967. Saat itu,                       masyarakat Kecamatan Tegaldlimo melakukan perabasan                       terhadap sejumlah kawasan hutan Alas Purwo untuk bercocok                       tanam. Daerah di sekitar pura pun tampak cukup makmur                       dengan hasil palawijanya. Suatu ketika, di tempat                       berdirinya Pura Alas Purwo yang oleh masyarakat disebut                       Situs Alas Purwo, ada sebuah gundukan tanah.                        Masyarakat                       ingin meratakan dan menjadikan lahan cocok tanam. Tanpa                       diduga, ada bungkahan-bungkahan bata besar yang masih                       tertumpuk. Persis seperti gapura kecil. Lantas masyarakat                       sekitarnya membawa bungkahan bata-bata itu ke rumahnya.                       Ada yang menjadikan bahan membuat tungku dapur, ada juga                       untuk membuat alas rumah. Rupanya, keluguan masyarakat itu                       telah menyebabkan munculnya musibah bagi warga yang                       mengambil bata-bata tersebut.                        Selang                       beberapa saat setelah mengambil bata itu, semuanya jatuh                       sakit. Pada saat itulah, ada sabda agar bongkahan batu                       bata tersebut dikembalikan ke tempatnya semula.                       Bongkahan-bongkahan itu adalah tempat petapakan maharesi                       suci Hindu zaman dulu. Meski belum ada catatan resmi dalam                       prasasti, masyarakat mempercayai yang malinggih di situs                       Pura Alas Purwo adalah Empu Bharadah. Tetapi, ada juga                       yang menyebut Rsi Markandiya sebelum mereka menuju Bali.                       Selanjutnya, masyarakat setempat sangat yakin dengan                       kekuatan dan kesucian situs Alas Purwo tersebut. Sampai                       ada keinginan seorang warga untuk memagari situs itu agar                       aman dari jangkauan orang jahil. Akan tetapi, belum sampai                       tuntas mewujudkan keinginannya, warga tersebut keburu                       meninggal. Dari kejadian itu didapatkan sabda, kalau situs                       Alas Purwo itu wajib dipuja semua umat manusia di muka                       bumi ini tanpa dibatasi sekat-sekat golongan. Bicara                       soal kesucian dan keajaiban situs Alas Purwo ini, memang                       berderet peristiwa menjadi pengalaman masyarakat                       penyungsung-nya. Itulah sebabnya, sejumlah pejabat maupun                       mantan pejabat terkenal pernah melakukan pemujaan di situs                       Alas Purwo ini. Tujuannya pun bermacam-macam. ''Hampir                       semua yang di-tunas, kesuecan Ida Batara yang malinggih di                       sini. Hanya, semua kembali kepada swakarma-nya,'' ujar                       Mangku Adi, salah seorang pemangku setempat. Seiring                       dengan perjalanan waktu, pada tahun 1972 ada kebijakan                       Departemen Kehutanan dan Perkebunan untuk menagih kembali                       lahan hasil rabasan penduduk di kawasan Mariyan tersebut.                       Secara bertahap lahan dikembalikan menjadi hutan jati                       seperti sekarang ini, dan semua penduduk yang melakukan                       perabasan hutan itu kembali ke kampung masing-masing.                       Proses pengembaliannya ini selesai pada tahun 1975.                       Setelah itulah, situs Alas Purwo tinggal pada                       kesendiriannya, jauh dari rumah penduduk.                        Meski                       demikian, Departemen Kehutanan memberikan kebebasan kepada                       mayarakat yang ingin melakukan persembahyangan atau pun                       meditasi di situs tersebut. Apalagi, umat Hindu yang kini                       telah kembali ''pulang'' ke kawitan-nya setelah peristiwa                       G-30-S/PKI tahun 1965 lalu. Mereka beranggapan sekaranglah                       kebangkitan Hindu itu akan terbukti, setelah 500 tahun                       runtuhnya Majapahit pada abad ke-14. Dan, itu salah                       satunya dimulai dari kerinduan umat Hindu Banyuwangi untuk                       menelesuri jejak nenek moyangnya. Diharapkan, dari situs                       Alas Purwo inilah bisa jadi sumbu penghubung Hindu tanah                       Jawa kelak. * Agus Astapa                       
                       Itulah yang diyakini sebagian besar umat Hindu Banyuwangi,                       sehingga kini ada kebanggaan bagi mereka untuk kembali ke                       agama Hindu. Semangat itulah yang menyertai pelaksanaan                       piodalan di Pura Giri Selaka, Alas Purwo, pada hari                       Pagerwesi, Rabu (11/9) lalu. Bagaimana kondisi umat Hindu                       di sekitar Ala Purwo saat ini? Masalah apa yang dihadapi                       umat Hindu di sana untuk kembali kepada jati diri sebagai                       Hindu?
Kemudian                       ada upaya dari pihak Dinas Purbakala untuk menjadikan                       situs Alas Purwo sebagai benda peninggalan sejarah. Di                       sisi lain, umat Hindu yang mayoritas bertempat tinggal di                       sekitar Mariyan -- nama kawasan yang telah dibabat                       hutannya itu -- tetap meyakini kalau situs itu adalah                       milik nenek moyang Hindu zaman dulu. Untuk menghindari                       adanya kejadian yang tak diinginkan, umat Hindu akhirnya                       membuatkan sebuah pura, sekitar 65 meter dari situs Alas                       Purwo saat ini. Sementara situs itu sendiri dibiarkan                       seperti semula, namun tetap menjadi tempat pemujaan bagi                       semua umat manusia, tak terbatas hanya umat Hindu.                       
Sumber:www.balipost.co.id
 
 
 
postingan yg mnarik Mba'...menguak sejarah
BalasHapussalam knal ya..
salink klik yuk n bgi2 ilmu
BalasHapusWuah,seneng mbak baca postingannya.Serasa belajar sejarah,tapi dg bahasa yg lebih simple.. Salam kenal njih
BalasHapussuka sejarah y mbak???
BalasHapusGabung sekarang untuk mendapatkan berbagai keuntungan berikut ini :
BalasHapusBingung Mencari Situs Yang Tepat & Aman....?
Kini Telah Hadir Dewakiukiu ... Agen Terpercaya & Terbesar Di Asia
- 100% Player vs Player!!!
- Customer Services yang cantik dan handal!!!
- Pendaftaran gratis!!!
- Deposit minimum 15.000 ribu
- Withdraw minimum 15.000 ribu
- Bonus TurnOver sebesar 0,3% yang dibagikan tiap 5 harinya!!!
- Bonus referral sebesar 15% seumur hidup, cukup dengan mengundang teman anda untuk bermain!!!.
Pendaftaran bisa langsung menghubungi berikut :
- Livechat dewakiukiunet
- Bbm 33428C8D
- WhatsAap +855962762654